Asuransi Bencana Menunggu Keseriusan Pemerintah

Sampai saat ini beberapa lokasi di Indonesia masih tertimpa bencana, meletusnya gunung merapi pada November lalu masih menyisakan lumpur yang mengakibatkan lahar dingin dibeberapa daerah saat hujan tiba. Tidak hanya itu saja, abu vulkanik gunung Bromo masih mengguyur di beberapa kecamatan di Lumajang, Jawa TImur.

Berdasarkan pada informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kepada Kompas menyebutkan selama 2010 terdapat 186 kejadian gerakan tanah yang dapat memicu longsor dan banjir bandang di beberapa daerah di Tanah Air.

Dari data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa asuransi bencana sangatlah dibutuhkan di Indonesia. Beberapa waktu lalu sempat tersebar informasi bahwasannya pemerintah berancana akan membentuk konsorsium asuransi bencana antara perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta lokal lainnya.

Akan tetapi rencana tersebut belum juga terealisasi, padahal asuransi bencana ini sangatlah penting bagi bangsa ini mengingat semakin seringnya bencana alam melanda negeri ini. Sementara itu saat ini pelaku industri asuransi tinggal menunggu waktu yang diberikan oleh Menteri Keuangan untuk menyampaikan presentasi terkaiit asuransi bencana ini.

Di Indonesia hanya terdapat 1% saja properti yang diasuransikan, itu berarti begitu terjadi bencana maka asuransi hanya menutup kerugian sebesar 1% sedangkan sisanya ditanggung oleh masyarakat. Jika sering terjadi bencana di Indonesia maka akan dapat mengganggu perekonomian negara karena sebagian besar dana akan tesedot pada bantuan bencana yang akan diberikan. Namun jika asuransi bencana benar-benar direalisasikan oleh pemerintah, hal ini akan membantu meminimalisir kerugian yang harus ditanggung oleh pemerintah sehingga tidak mengganggu roda perekonomian.

Semoga saja asuransi bencana dapat secepatnya direalisasikan oleh pemerintah dan dapat dimasukkan dalam APBN 2011 sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan kepada korban bencana, juga agar tidak menggangu perekonomian di Indonesia.